PantonaNews

Sabtu, 04 Mei 2013

DI BALIK SUKSESNYA KACANG GARUDA



 “Ini kacangku”, begitulah sebuah iklan sering muncul di televisi. Jargon iklan ini begitu menempel di benak banyak orang sehingga terkadang diplesetkan artinya dan kemudian terkesan menjadi agak ngeres he..he…Begitu nempelnya jargon iklan ini sehingga ketika mendengar “ini kacangku”, orang langsung berpikir tentang Kacang Garuda. Nah, ini yang membuat saya penasaran, bagaimana sih merek Kacang Garuda terbentuk, bagaimana merek ini akhirnya bisa mengambil hati banyak orang. Setelah melakukan riset di internet dan juga melalui kliping yang saya kumpulkan saya ingin membagikan tentang Kacang Garuda ini kepada Anda.
Adalah Darmo Putro bersama isterinya, Poesponingroem yang memulai sejarah Kacang Garuda. Setelah revolusi kemerdekaan usai, Darmo Putro meninggalkan perjuangan bersenjatanya dan kembali kepada sektor perdagangan sebagai bentuk lain dari perjuangannya. Pada tahun 1958, Darmo Putro mendirikan PT Tudung di Pati, Jawa Tengah. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan tapioka dan hasil bumi lainnya di Jawa Tengah. Dalam menjalankan usahanya ini, Darmo Putro didampingi oleh sang isteri yang mendukungnya untuk merawat keluarga dengan 11 anak itu (7 anak laki-laki dan 4 anak perempuan).
Tahun bergerak, anak-anak Darmo Putro kemudian memulai usaha kacang garing dan usaha ini didukung penuh oleh Darmo Putro yang ikut terlibat di dalamnya sampai akhir tahun 1978. Tampaknya usaha ini berjalan lancar sehingga pada tahun 1979 PT Tudung berubah nama menjadi PT Tudung Jaya yang bergerak dalam bidang  bisinis kacang garing tanpa merek. Tanpa merek karena pada saat itu semua anggota keluarga tidak ada yang berpikir untuk mengembangkan usaha kacang dengan menggunakan merek karena mereka berhitung akan butuh uang banyak untuk mengembangkan merek.
Pikiran itu kemudian berubah. Awal tahun 1980-an dimunculkanlah merek kacang Garuda. Saat itu sebenarnya ada 2 merek yang dikembangkan yaitu Naga Terbang dan Garuda, tapi merek terakhir inilah yang terus dikembangkan walau dengan kemampuan yang terbatas.  Pada awal tahun 1987, dimulailah konsentrasi usaha untuk mengembangkan Kacang Garing Garuda. Untuk itu dimulailah pembenahan jalur distribusi pada tahun 1991 sampai 1994.  
Tahun 1994, si bungsu dari 11 bersaudara, Sudhamek Agoeng Waspodo Sunjoto (Sudhamek AWS) kemudian bergabung di PT Tudung Jaya untuk menjadi Chief Executive Officer (CEO) setelah beberapa tahun lamanya bekerja di perusahaan-perusahaan lain. Sudhamek AWS berhasil meyakinkan kakak-kakaknya untuk mulai mengembangkan merek. Dan disepakatilah dana Rp 600 juta untuk prosesnya. Dikisahkan di awal proses mereka sempat mengalami kegagalan, tapi mereka terus bergerak untuk beriklan. Kemudian pada tahun 1996, perusahaan ini memproduksi juga kacang atom, salah satu alasannya karena seorang kakak perempuannya adalah ahli dalam kacang atom dan memutuskan ikut bergabung dengan saudara-saudaranya.
Tahun demi tahun perusahaan ini terus berkembang. Bahkan tercatat pertumbuhan perusahaan mencapai 30 persen setiap tahunnya. Karena itulah  perusahaan mampu melewati krisis moneter 1998 dengan selamat. Ada catatan bahwa pada bulan Desember 1997, mereka mengembangkan PT GarudaFood Jaya untuk memproduksi biskuit bermerek Gery dan pada tahun 1998 mereka mengakuisisi PT Triteguh Manunggal Sejati untuk memproduksi jelly bermerek Okky dan Keffy. Singkat cerita pada tahun 2000 PT Tudung Jaya berkembang menjadi PT Garudafood Putera Puteri Jaya, di bawah Tudung Group.
Kacang Garuda memang berkembang pesat sejak Sudhamek AWS menjadi CEO-nya. Dari hanya satu pabrik di Pati, dengan 700 karyawan dan 5 produk, Garudafood  kemudian berkembang menjadi 8 pabrik dengan 20.000 pekerja langsung dan 3.000 pekerja tak langsung serta 200 produk. Untuk menjaga manajemen suplai dari bahan baku kacang, Garudafood kemudian bergerak juga di bidang hulu yaitu dengan memiliki perkebunan kacang tanah, baik milik sendiri maupun bekerjasama dengan petani lokal. Karena itulah mereka memiliki perkebunan kacang tanah di Lombok, Nusa Tenggara Barat, termasuk laboratorium untuk penelitian varietas unggul kacang tanah.
Dalam hal pemasaran, survei terakhir menunjukkan bahwa Kacang Garuda menjadi merek yang memimpin pasar kacang kulit garing. Berdasarkan data survei dari MARS Indonesia Consumer Profile tahun 2008, Kacang Garuda jauh mengungguli pesaingnya, salah satunya Kacang Dua Kelinci yang sama-sama bermarkas di Pati. Karena itulah selama tahun 2000 - 2007 Kacang Garuda selalu mendapatkan Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) dan pada tahun 2007 dikukuhkan sebagai Top Brand.
Ketika saya melakukan riset literatur untuk tulisan ini, saya menemukan suatu fakta yang menarik. Kacang Garuda ternyata dikelola dengan sangat filosofis sekali sehingga banyak yang bilang perusahaan ini nyaris menuju Spiritual Company. Mungkin semuanya berawal dari filosofi yang dianut Darmo Putro bahwa “sukses itu lahir dari kejujuran, keuletan dan ketekunan yang diiringi doa”. Filosofi tersebut kemudian dijadikan sebagai filosofi perusahaan sampai sekarang dalam bentuk dua kata, damai dan dinamis. Tidak heran, banyak orang bilang bisnis Kacang Garuda dijalankan seperti sebuah sekte agama karena kesetiaan mereka dari manajemen puncak sampai ke bawah untuk berlaku jujur, ulet dan tekun tanpa meninggalkan doa. Sekarang, Sudhamek AWS dihormati sebagai salah satu CEO yang brilian dan bersih di Indonesia, semoga saja bisa sampai selamanya.
Lalu, tidak adakah jalan terjal yang berliku? Pasti tetap ada, namanya juga usaha. Persaingan secara sehat di pasar kacang garing masih terus terjadi antara Kacang Garuda dengan Kacang Dua Kelinci. Harap maklum karena sebelum punya merek sendiri, PT Tudung Jaya adalah salah satu pemasok untuk Kacang Dua Kelinci. Dalam persaingan ini, bahkan jurus-jurus jitu pemasaran dikeluarkan oleh masing-masing merek untuk menaikkan angka penjualannya. Masih ingat saat Kacang Dua Kelinci mengeluarkan iklan kacang bebas kolestrol, lalu Kacang Garuda mengeluarkan iklan bahwa semua kacang memang bebas kolestrol? Dan jurus terakhir yang jitu dari Kacang garuda adalah saat mengeluarkan iklan berslogan “Ini Kacangku”, sebuah iklan yang bisa diasosiasikan ke sana ke mari tergantung otak yang mendengarnya he..he… Iklan yang menarik tersebut, diakui CEO-nya sebagai salah satu lompatan besar dalam pemasaran dari Kacang Garuda sehingga bisa memimpin pasar kacang kulit garing sampai sekarang.
Begitu pula di tahun 2007, terjadi sengketa di antara mereka mengenai merek Katom (kacang atom), bahkan sampai ke Pengadilan Niaga Semarang. Kacang Garuda merasa telah memopulerkan Katom sejak tahun 2003, tapi saat hendak mematenkan Katom ke Ditjen Hak Atas Kekayaan Intelektual pada bulan Maret 2004, ternyata sudah didahului oleh Kacang Dua Kelinci 10 hari sebelumnya. Dalam gugatannya, Kacang Garuda menang di tingkat pertama, tapi Kacang Dua Kelinci menang di tingkat kasasi. Beruntunglah, dua mereka terkenal tersebut lebih mengedepankan dialog ketimbang habis-habisan di pengadilan (yang mungkin hanya akan membuat kaya pihak-pihak tertentu saja he..he…). Pada bulan Juli 2008, Garuda dan Dua Kelinci akhirnya berjabat tangan dan menandatangani akta perdamaian di antara keduanya. Entah, apa kesepakatan di antara mereka, yang jelas semua sama-sama senang dan sama-sama diuntungkan.

Sabtu, 30 Maret 2013

Chairul Tanjung, Kisah Sukses Sang Anak Singkong


Chairul Tanjung Pria kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962 Pengusaha sukses asal indonesia ini dikenal luas sebagai pendiri sekaligus   pemimpin, CT Corp (sebelum 1 Desember 2011 bernama Para Group)
.
Karier dan kehidupan
Chairul lahir di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama di sebuah surat kabar kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena tulisannya dianggap berbahaya dan berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit. 

Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya, termasuk CT. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan. Sang ibunda, Halimah, mengatakan bahwa uang kuliah CT pertama yang diberikan kepadanya, diperoleh ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya. 
Setelah lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, Chairul melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia (fakultas kedokteran gigi). ketika kuliah dia dikenal sebagai murid yang sangat baik hal ini terbukti saat ia mendapat  penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional periode 1984-1985.

Naluri pengusaha mulai muncul dalam dirinya saat ia menjadi Mahasiswa, untuk membiayai kuliahnya yang cukup besar dia berjualan buku kuliah stensilan dan kaos selain itu Ia juga pernah membuka usaha foto kopi dikampus. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi usahanya ini tidak berhasil,
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Chairul bersama tiga rekannya  mendirikan PT Pariarti Shindutama  pada tahun 1987. Dengan modal awal Rp 150 juta dari Bank Exim,  (PT Pariarti Shindutama adalah perusahaan yang kegiatannya memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor). Karena Kerja keras yang luar biasa perusahaan tersebut mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena ada masalah internal dalam perusahaan (perbedaan visi tentang ekspansi usaha), Chairulpun memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.
Beliau sangatlah piawai dalam membangun jaringan dan berorganisasi hal inilah yang membuat bisnisnya semakin berkembang. Setelah keluar dari PT Pariarti Shindutama Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: yaitu keuangan, properti, dan multimedia. 

Kemudian ia pun mendirikan sebuah kelompok perusahaan dengan nama Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai fatherholding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo(media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Di bawah para group, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di berbagai bidang diantaranya :

Para Group mempunyai beberapa unit usaha, yaitu:
  • Mega Corpora
    • Perbankan
      • PT Bank Mega Tbk (Bank Mega)
      • PT Bank Syariah Mega Indonesia (Bank Mega Syariah)
    • Asuransi
      • PT Asuransi Jiwa Mega Life
      • PT Asuransi Umum Mega
    • Pasar modal
      • PT Mega Capital Indonesia
    • Pembiayaan
      • PT Para Multifinance
      • PT Mega Auto Finance
      • PT Mega Central Finance
  • Trans Corp
    • Trans Corpora Media
      • PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)
      • PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (Trans7)
      • PT Agranet Multicitra Siberkom (DetikCom)
    • PT Trans Lifestyle
      • PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk
      • PT Trans Fashion
        • PT Trans Mahagaya
          • PT Mahagaya Perdana (Prada, Miu Miu, Tod’s, Aigner, Brioni, Celio, Hugo Boss, Francesco Biasia, Jimmy Choo, Canali, Mango)
      • PT Trans F&B
        • PT Trans Coffee (The Coffee Bean & Tea Leaf)
        • PT Trans Ice
          • PT Naryadelta Prarthana (Baskin Robbins)
      • PT Metropolitan Retailmart (Metro department store)
      • PT Trans Airways
      • PT Trans Rekan Media
      • PT Trans Entertainment
    • PT Trans Property
      • PT Para Bandung Propertindo (Bandung Supermal)
      • PT Batam Indah Investindo
      • PT Karya Data Mandiri
      • PT Mega Indah Propertindo
      • PT Para Bali Propertindo
      • PT Trans Studio
        • PT Trans Kalla Makassar (Trans Studio Resort Makassar)
        • Trans Studio Resort Bandung
    • PT Trans Retail
      • PT Carrefour Indonesia
  • PT CT Global Resources
    • PT Para Inti Energy
    • PT Para Energy Investindo
    • PT CT Agro
    • PT Kaltim CT Agro
    • PT Kalbar CT Agro
    • PT Kalteng CT Agro
    • PT Arah Tumata
    • PT Wahana Kutai Kencana
Prestasi Para Group antara lain : di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal12 Maret 2010 di Perancis.

Majalah ekonomi ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar .Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam 

Pemikiran
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting.
Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Baginya, membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika (instant), karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha,seseorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.

Buku 
Kisah hidup chairul tanjung telah ditulis dalam sebuah buku yang berjudul “si anak singkong” buku ini megisahkan tentang perjalanan hidup chairul tanjung dari kecil hingga sukses seperti saat ini, Buku setebal 360 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas, 
Biografi Chairul Tanjung diawali dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, ia mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya,  Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan.

Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga CT, ketia CT bertemu dengan perempuan Jawa, Anita Ratnasari, yang tegas dan tegar.
Dalam buku ini, CT mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu adalah segalanya.” CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian CT berpendapat.
CT juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha.
Buku karya penulis buku ini diberi judul si anak singkong karena saat masih anak-anak chairul sering diejek teman-temannya dengan sebutan anak singkong yang artinya anak kampungan, tapi kini kenyataannya si anak singkong telah berubah menjadi seorang pengusaha yang luar biasa, jadi apalah arti sebuah nama.

 sumber http://chudrizal.blogspot.com/2012/09/chairul-tanjung-kisah-sukses-sang-anak.html