“Ini kacangku”, begitulah sebuah iklan sering muncul di televisi. Jargon iklan ini
begitu menempel di benak banyak orang sehingga terkadang diplesetkan artinya
dan kemudian terkesan menjadi agak ngeres he..he…Begitu nempelnya jargon iklan
ini sehingga ketika mendengar “ini kacangku”, orang langsung berpikir tentang Kacang
Garuda. Nah, ini yang membuat saya penasaran, bagaimana sih merek Kacang
Garuda terbentuk, bagaimana merek ini akhirnya bisa mengambil hati banyak orang.
Setelah melakukan riset di internet dan juga melalui kliping yang saya
kumpulkan saya ingin membagikan tentang Kacang Garuda ini kepada Anda.
Adalah Darmo Putro bersama isterinya,
Poesponingroem yang memulai sejarah Kacang Garuda. Setelah revolusi kemerdekaan
usai, Darmo Putro meninggalkan perjuangan bersenjatanya dan kembali kepada
sektor perdagangan sebagai bentuk lain dari perjuangannya. Pada tahun 1958,
Darmo Putro mendirikan PT Tudung di Pati, Jawa Tengah. Perusahaan ini bergerak
di bidang perdagangan tapioka dan hasil bumi lainnya di Jawa Tengah. Dalam
menjalankan usahanya ini, Darmo Putro didampingi oleh sang isteri yang
mendukungnya untuk merawat keluarga dengan 11 anak itu (7 anak laki-laki dan 4
anak perempuan).
Tahun bergerak, anak-anak Darmo Putro
kemudian memulai usaha kacang garing dan usaha ini didukung penuh oleh Darmo
Putro yang ikut terlibat di dalamnya sampai akhir tahun 1978. Tampaknya usaha
ini berjalan lancar sehingga pada tahun 1979 PT Tudung berubah nama menjadi PT
Tudung Jaya yang bergerak dalam bidang bisinis kacang garing tanpa merek.
Tanpa merek karena pada saat itu semua anggota keluarga tidak ada yang berpikir
untuk mengembangkan usaha kacang dengan menggunakan merek karena mereka
berhitung akan butuh uang banyak untuk mengembangkan merek.
Pikiran itu kemudian berubah. Awal
tahun 1980-an dimunculkanlah merek kacang Garuda. Saat itu sebenarnya ada 2
merek yang dikembangkan yaitu Naga Terbang dan Garuda, tapi merek terakhir
inilah yang terus dikembangkan walau dengan kemampuan yang terbatas. Pada
awal tahun 1987, dimulailah konsentrasi usaha untuk mengembangkan Kacang Garing
Garuda. Untuk itu dimulailah pembenahan jalur distribusi pada tahun 1991 sampai
1994.
Tahun 1994, si bungsu dari 11
bersaudara, Sudhamek Agoeng Waspodo Sunjoto (Sudhamek AWS) kemudian bergabung
di PT Tudung Jaya untuk menjadi Chief Executive Officer (CEO) setelah beberapa
tahun lamanya bekerja di perusahaan-perusahaan lain. Sudhamek AWS berhasil
meyakinkan kakak-kakaknya untuk mulai mengembangkan merek. Dan disepakatilah
dana Rp 600 juta untuk prosesnya. Dikisahkan di awal proses mereka sempat
mengalami kegagalan, tapi mereka terus bergerak untuk beriklan. Kemudian pada
tahun 1996, perusahaan ini memproduksi juga kacang atom, salah satu alasannya
karena seorang kakak perempuannya adalah ahli dalam kacang atom dan memutuskan
ikut bergabung dengan saudara-saudaranya.
Tahun demi tahun perusahaan ini terus
berkembang. Bahkan tercatat pertumbuhan perusahaan mencapai 30 persen setiap
tahunnya. Karena itulah perusahaan mampu melewati krisis moneter 1998
dengan selamat. Ada catatan bahwa pada bulan Desember 1997, mereka
mengembangkan PT GarudaFood Jaya untuk memproduksi biskuit bermerek Gery dan
pada tahun 1998 mereka mengakuisisi PT Triteguh Manunggal Sejati untuk
memproduksi jelly bermerek Okky dan Keffy. Singkat cerita pada tahun 2000 PT
Tudung Jaya berkembang menjadi PT Garudafood Putera Puteri Jaya, di bawah
Tudung Group.
Kacang Garuda memang berkembang pesat
sejak Sudhamek AWS menjadi CEO-nya. Dari hanya satu pabrik di Pati, dengan 700
karyawan dan 5 produk, Garudafood kemudian berkembang menjadi 8 pabrik
dengan 20.000 pekerja langsung dan 3.000 pekerja tak langsung serta 200 produk.
Untuk menjaga manajemen suplai dari bahan baku kacang, Garudafood kemudian bergerak
juga di bidang hulu yaitu dengan memiliki perkebunan kacang tanah, baik milik
sendiri maupun bekerjasama dengan petani lokal. Karena itulah mereka memiliki
perkebunan kacang tanah di Lombok, Nusa Tenggara Barat, termasuk laboratorium
untuk penelitian varietas unggul kacang tanah.
Dalam hal pemasaran, survei terakhir
menunjukkan bahwa Kacang Garuda menjadi merek yang memimpin pasar kacang kulit
garing. Berdasarkan data survei dari MARS Indonesia Consumer Profile tahun
2008, Kacang Garuda jauh mengungguli pesaingnya, salah satunya Kacang Dua
Kelinci yang sama-sama bermarkas di Pati. Karena itulah selama tahun 2000 -
2007 Kacang Garuda selalu mendapatkan Indonesian Customer Satisfaction Award
(ICSA) dan pada tahun 2007 dikukuhkan sebagai Top Brand.
Ketika saya melakukan riset literatur
untuk tulisan ini, saya menemukan suatu fakta yang menarik. Kacang Garuda
ternyata dikelola dengan sangat filosofis sekali sehingga banyak yang bilang
perusahaan ini nyaris menuju Spiritual Company. Mungkin semuanya berawal dari
filosofi yang dianut Darmo Putro bahwa “sukses itu lahir dari kejujuran,
keuletan dan ketekunan yang diiringi doa”. Filosofi tersebut kemudian
dijadikan sebagai filosofi perusahaan sampai sekarang dalam bentuk dua kata, damai
dan dinamis. Tidak heran, banyak orang bilang bisnis Kacang Garuda
dijalankan seperti sebuah sekte agama karena kesetiaan mereka dari manajemen
puncak sampai ke bawah untuk berlaku jujur, ulet dan tekun tanpa meninggalkan
doa. Sekarang, Sudhamek AWS dihormati sebagai salah satu CEO yang brilian dan
bersih di Indonesia, semoga saja bisa sampai selamanya.
Lalu, tidak adakah jalan terjal yang
berliku? Pasti tetap ada, namanya juga usaha. Persaingan secara sehat di pasar
kacang garing masih terus terjadi antara Kacang Garuda dengan Kacang Dua
Kelinci. Harap maklum karena sebelum punya merek sendiri, PT Tudung Jaya adalah
salah satu pemasok untuk Kacang Dua Kelinci. Dalam persaingan ini, bahkan
jurus-jurus jitu pemasaran dikeluarkan oleh masing-masing merek untuk menaikkan
angka penjualannya. Masih ingat saat Kacang Dua Kelinci mengeluarkan iklan
kacang bebas kolestrol, lalu Kacang Garuda mengeluarkan iklan bahwa semua
kacang memang bebas kolestrol? Dan jurus terakhir yang jitu dari Kacang garuda
adalah saat mengeluarkan iklan berslogan “Ini Kacangku”, sebuah iklan yang bisa
diasosiasikan ke sana ke mari tergantung otak yang mendengarnya he..he… Iklan
yang menarik tersebut, diakui CEO-nya sebagai salah satu lompatan besar dalam
pemasaran dari Kacang Garuda sehingga bisa memimpin pasar kacang kulit garing
sampai sekarang.
Begitu pula di tahun 2007, terjadi
sengketa di antara mereka mengenai merek Katom (kacang atom), bahkan sampai ke
Pengadilan Niaga Semarang. Kacang Garuda merasa telah memopulerkan Katom sejak
tahun 2003, tapi saat hendak mematenkan Katom ke Ditjen Hak Atas Kekayaan
Intelektual pada bulan Maret 2004, ternyata sudah didahului oleh Kacang Dua
Kelinci 10 hari sebelumnya. Dalam gugatannya, Kacang Garuda menang di tingkat
pertama, tapi Kacang Dua Kelinci menang di tingkat kasasi. Beruntunglah, dua
mereka terkenal tersebut lebih mengedepankan dialog ketimbang habis-habisan di
pengadilan (yang mungkin hanya akan membuat kaya pihak-pihak tertentu saja
he..he…). Pada bulan Juli 2008, Garuda dan Dua Kelinci akhirnya berjabat tangan
dan menandatangani akta perdamaian di antara keduanya. Entah, apa kesepakatan
di antara mereka, yang jelas semua sama-sama senang dan sama-sama diuntungkan.
Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/06/03/brands-of-indonesia-6-kacang-garuda-368051.html